OBAT OTONOM

Obat otonom yaitu obat-obat yang bekerja pada susunan syaraf otonom, mulai dari sel syaraf sampai sel efektor. Obat ini berpengaruh secar spesifik dan bekerja pada dosis kecil. Efek suatu obat otonom  dapat diperkirakan jika respons berbagai organ otonom terhadap impuls syaraf otonom diketahui.
1.1            Anatomi Fisiologi Syaraf Otonom
Syaraf otonom terdiri dari syaraf preganglion, gaglion dan pascaganglion yang mempersyarafi sel efektor. Saraf otonom berhubungan dengan syaraf somatic, sebaliknya kejadian somatic juga mempengaruhi fumgsi organ otonom. Pada susunan syaraf pusat terdapat beberapa pusat otonom, misalnya di medulla oblongata terdapat pengatur pernapasan dan tekanan darah. Hipotalamus dan hipofisis yang mengatur suhu tubuh, keseimbangan air, metabolisme lemak dan karbohidrat. Pusat susunan syaraf otonom yang lebih tinggi dari hipotalamus adalah korpus striatum dan korteks serebrum yang dianggap sebagai coordinator antara system otonom dan somatic.

                            Gb. pembagian syaraf otonom

Serat eferen terbagi dalam system simpatis dan parasimpatis. Sistem simpatis disalurkan melalui serat torakolumbal (dari torakal 1 sampai lumbal 3), dalam system ini termasuk ganglia pravertebal dan ganglia terminal. System parasimpatis atau kraniosakral outflow disalurkan melalui syaraf otak ke III, IX, X dan N. pelvikus yang berasal dari bagian sacral segmen 2, 3 dan 4.
Secara umum dapat dikatakan bahwa system simpatis dan parasimpatis memperlihatkan fungsi yang antagonistik yaitu bila yang satu menghambat fungsi maka yang lain memicu fungsi tersebut. Contoh yang jelas ialah midriasis terjadi dibawah pengaruh syaraf simpatis dan miosis dibawah pengaruh parasimpatis.
System simpatis aktif setiap saat, walaupun aktivitasnya bervariasi dari waktu ke waktu. Dengan demikian penyesuaian tubuh terhadap lingkungan terjadi setiap secara terus menerus. Dalam keadaan darurat, system simpatoadrenal (terdiri dari system simpatis dan adrenal) berfungsi sebagai satu kesatuan secara serentak. System parasimpatis fungsinya lebih terlokalisasi, tidak difus seperti system simpatis, dengan fungsi primer reservasi dan konservasi sewaktu aktivitas organisme minimal. System ini mempertahankan denyut jantung dan tekanan darah pada fungsi basal, menstimulasi system pencernaan berupa peningkatan motilitas dan sekresi getah pencernaan, meningkatkan absorpsi makanan, memproteksiretina terhadap cahaya berlebihan, mengosongkan rectum dan kandung kemih.

1.2      Cara Kerja Obat Otonom
Obat otonom mempengaruhi transmisi neurohormonal dengan cara menghambat atau mengintensifkannya. Terdapat beberapa kemungkinan pengaruh obat pada transmisi system kolinergik dan adrenergic, yaitu:
1.      Menghambat sintesis atau pelepasan transmitor
2.      Menyebabkan penglepasan transmitor.
3.      Berikatan dengan reseptor
4.      Menghambat destruksi transmitor.


1.3      Penggolongan Obat Berdasarkan Efek Utamanya
A.               Kolinergik atau Parasimpatomimetik
Efek obat golongan ini menyerupai efek yang ditimbulkan oleh aktivitas susunan saraf parasimpatis.
Ada 2 macam reseptor kolinergik:
·         Reseptor muskarinik: merangsang otot polos dan memperlambat denyut jantung
·         Reseptor nikotinik/ neuromuskular → mempengaruhi otot rangka
Penggolongan Kolinergik
·         Ester kolin (asetil kolin, metakolin, karbakol, betanekol)
·         Anti kolinestrase (eserin, prostigmin, dilsopropil fluorofosfat)
·         Alkaloid tumbuhan (muskarin, pilokarpin, arekolin)
·         Obat kolinergik lain (metoklopramid, sisaprid)
Farmakodinamik Kolinergik
·                     Meningkatkan TD
·                     Meningkatkan denyut nadi
·                     Meningkatkan kontraksi saluran kemih
·                     Meningkatkan peristaltik
·                     Konstriksi bronkiolus (kontra indikasi asma bronkiolus)
·                     Konstriksi pupil mata (miosis)
·                     Antikolinesterase: meningkatkan tonus otot
Efek Samping
·                     Asma bronkial dan ulcus peptikum (kontraindikasi)
·                     Iskemia jantung, fibrilasi atrium
·                     Toksin; antidotum → atropin dan epineprin
Indikasi
·         Ester kolin: tidak digunakan pengobatan (efek luas dan singkat), meteorismus, (kembung), retensio urine, glaukoma, paralitic ileus, intoksikasi atropin/ alkaloid beladona, faeokromositoma.
·         Antikolinesterase: atonia otot polos (pasca bedah, toksik), miotika (setelah pemberian atropin pd funduskopi), diagnosis dan pengobatan miastemia gravis (defisiensi kolinergik sinap), penyakit Alzheimer (defisiensi kolinergik sentral)
·         Alkaloid Tumbuhan: untuk midriasis (pilokarpin)
·         Obat Kolinergik Lain: digunakan untuk memperlancar jalanya kontras radiologik, mencegah dan mengurangi muntah (Metoklopramid)
Intoksikasi
·         Efek muskarinik: mata hiperemis, miosis kuat, bronkostriksi, laringospasme, rinitis alergika, salivasi, muntah, diare, keringat berlebih
·         Efek nikotinik: otot rangka lumpuh
·         Efek kelainan sentral: ataksia, hilangnya refleks, bingung, sukar bicara, konvulsi, koma, nafas Cheyne Stokes, lumpuh nafas.

Tabel Jenis Obat Kolinergik
Nama-nama obat kolinergik
Dosis
Pemakaian dan pertimbangan pemakaian
Bekerja langsung
Betanekol (urecholine)
D: PO: 10-50 mg, b.i.d.-q.i.d
Untuk meningkatkan urin, dapat merangsang motilitas lambung
Karbakol (carcholine, miostat)
0,75-3%, 1 tetes
Untuk menurunkan tekanan intraokuler, miosis
Pilokarpin (pilocar)
0,5-4%, 1 tetes
Untuk menurunkan tekanan intraokuler, miosis
Antikolinestrase reversible
Fisostigmin (eserine)
0,25-0,5%, 1 tetes, q.d-q.i.d
Untuk menurunkan tekanan intraokuler, miosis, masa kerja singkat
Neostigmin (prostigmin)
D: PO: mula-mula 15 mg, t.i.d
Dosis max: 50 mg, t.i.d
Untuk menambah kekuatan otot pada miastenia gravis, masa kerja singkat
Ambenonium (mytelase)
D: PO: 60-120 mg, t.i.d atau q.i.d
Untuk menambah kekuatan otot, masa kerja sedang
Antikolinestrase irreversible
Demakarium (humorsol)
0,125-0,25%, 1 tetes, q 12-48 jam
Untuk menurunkan tekanan intraocular pada glaucoma, miotikum, masa kerja panjang
Isofluorofat (floropryl)
Ointment 0,25%, q 8-72 jam
Untuk mengobati glaucoma. Kenakan pada sakus konjungtiva

B.   Simpatomimetik atau Adrenergic
Yakni obat-obat yang merangsang system syaraf simpatis, karena obat-obat ini menyerupai neurotransmitter (norepinafrin dan epinephrine). Obat-obat ini bekerja pada suatu reseptor adrenergic yang terdapat pada sel-sel otot polos, seperti pada jantung, dinding bronkiolus saluran gastrointestinal, kandung kemih dan otot siliaris pada mata. Reseptor adrenergic meliputi alfa1, alfa2, beta1 dan beta2
Kerja obat adrenergic dapat di bagi dalam 7 jenis:
·         Perangsang perifer terhadap otot polos pembuluh darah kulit dan mukosa, dan terhadap kelenjar liur dan keringat.
·         Penghambatan perifer terhadap otot polos usus, bronkus, dan pembuluh darah otot rangka.
·         Perangsangan jantung, dengan akibat peningkatan denyut jantung dan kekuatan kontraksi.
·         Perangsangan SSP, misalnya perangsangan pernapasan, peningkatan kewaspadaan, aktivitas psikomotor dan pengurangan nafsu makan.
·         Efek metabolic, misalnya peningkatan glikogenesis di hati dan otot, lipolisis dn pelepasan asam lemak bebas dari jaringan lemak.
·         Efek endokrin, misalnya mempengaruhi efek insulin, rennin dan hormone hipofisis.
·         Efek prasinaptik, dengan akibat hambatan atau peningkatan penglepasan neurotransmitter NE dan Ach.
Penggolongan Adrenergik
·         Katekolamin (Endogen: epineprin, norepineprin dan dopamine; Sintetik: isoprotenol hidroklorida dan dobutamine)
·         Non katekolamin (fenileprin, meteprotenol dan albuterol)
Farmakodinamik Adrenergic
·         Bersifat inotropik
·         Bronkodilator
·         Hipertensi
·         Tremor dan gelisah
Efek Samping
Efek samping sering kali muncul apabila dosis ditingkatkan atau obat bekerja non selektif (bekerja pada beberapa reseptor). Efek samping yang sering timbul pada obat-obat adrenergic adalah, hipertensi, takikardi, palpitasi, aritmia, tremor, pusing, kesulitan berkemih, mual dan muntah.
Kontra Indikasi
·         Tidak boleh di gunakan pada ibu hamil
·         Sesuaikan dosis pada penderita yang mendapat antidepresi trisiklik
·         Tidak boleh digunakan pada penderita Stenorsis subaorta, anoreksia, insomnia dan estenia.

Tabel Jenis Obat Adrenergik
Adrenergic
Resptor
Dosis
Pemakaian dalam klinik
Epinefrin (adrenalin)
Alfa1, beta1, beta2
Berbeda-beda
D: IV, IM, SK: 0,2-1 ml dari 1:1000
Syok nonhipovalemik, henti jantung, anafilaksis akut, asma akut.
efadrin
Alfa1, beta1, beta2
D: PO: 25-50 mg, t.i.d atau q.i.d
D: SK
Keadaan hipotensi, bronkospasme, kongesti hidung, hipotensi ortoristik.
Norepinefrin (lavarterenol, levophed)
Alfa1, beta1
D: IV: 4 mg, dekstrose 5% dalam 250-500 ml
Syok, merupakan vasokontriktor kuat, meningkatkan tekanan darah dan curah jantung
Dopamine (intropin)
Beta1
D: IV: mula-mula 1-5 µg/kg/menit, naikkan secara bertahap; ≤ 50 µg/kg/menit
Hipotensi (tidak menurunkan fungsi ginjal dalam dosis <5 µg/kg/menit)
Fenilefrin (neo-synephrine)
Alfa1
Larutan 0,123-1%
Kongesti hidung (dekongestan)
Pseudoefedrin (Sudafed, Actifed)
Alfa1, beta1
Obat bebas (beberapa)
Dekongestan
Fenilpropanolamin (Dimetapp, contac, triaminicol, dexatrim)
Alfa1, beta1
Obat bebas (beberapa)
Dekongestan
Dobutamin (dobutrek)
Beta1
D: IV: mula-mula 2,5-10 µg/kg, dapat dinaikkan secara bertahap; ≤ 40 µg/kg/menit
Obesitas
Isoprotenol (isoprel)
Beta1, beta2
Inhal: 1-2 semprotan, IV: 5-20 µ/menit
Dekompensasi jantung, payah jantung kongestif (meningkatkan aliran darah miokardium dan curah jantung)
Metaprotenol (alupent, metaprel)
Beta1 (beberapa), beta2
Inhal: 2-3 semprotan ≤ 12 semprotan/hari
D: PO: 10-20 mg, t.i.d atau q.i.d
Bronkospasme, blok jantung akut (hanya dipakai pada bradikardi yang refrakter terhadap atropine)
Albuterol (proventil)
Beta2
Inhal: 1-2 semprotan, q 4-6 h D: PO: 2-4 mg, t.i.d atau q.i.d
Bronkospasme
Ritodrin (yutopar)
Beta1 (beberapa), beta2
D: PO: 10-20 mg, q 4-6 h, ≤ 120 mg/hari
IV: 50-300 µ/menit
Relaksasi usus


C.   Parasimpatolitik atau Antikolinergik
Obat-obat yang menghambat kerja asetilkolin dengan menempati reseptor-reseptor asetilkolindisebut dengan antikolinergik atau parasimpatolitik. Obat ini mempengaruhi organ jantung, saluran pernapasan, saluran gastrointestinal, kandung kemih, mata dan kelenjar eksokrin dengan menghambat saraf parasimpatis, sehingga system saraf simpatis (adrenergic) menjadi dominan.
Penggolongan Obat Antikolinergik
·         Antikolinergik klasik (alkaloid belladonna, atropine sulfat dan skopolamin)
·         Antikolinergik sintetik (Propantelin)
·         Antikolinergik-antiparkisonisme (triheksifenidil hidroklorida, prosiklidin, biperiden dan benztropin)
Farmakodinamik Antikolinergik
·         Menghambat efek muskarinik
·         Penurunan salivasi dan sekresi lambung (konstipasi)
·         Mengurangi kontraksi tonus kandung kemih
·         Dapat bekerja sebagai antidot terhadap toksin
·         Sebagai obat antispasmodik
·         Meningkatkan TD
·         Mengurangi rigriditas dan tremor berhubungan dengan ekstensi neuromuscular
Efek Samping
·         Mulut kering
·         Gangguan penglihatan (terutama penglihatan kabur akibat midriasis)
·         Konstipasi sekunder
·         Retensi urine
·         Takikardia (akibat dosis tinggi)

Obat-obat Antikolinergik
Nama obat
Dosis
Pemakaian dan pertimbangan
Atropine
D: IM: 0,4 mg
IV: 0,5-2 mg
Pembedahan untuk mengurangi salvias dan sekresi bronchial. Meningkatkan denyut jantung dengan dosis ≥ 0,5 mg
Propantelin (bentyl)
D: PO: 7,5-15 mg, t.i.d atau q.i.d
Sebagai antispasmodic untuk tukak peptic dan irritable bowel syndrome
Skopolamin (hyoscine)
D: PO: 0,5-1 mg, t.i.d atau q.i.d;
IM: 0,3-0,6 mg
Obat preanestesi, irritable bowel syndrome dan mabuk perjalanan.
Isopropamid (darbid)
D: PO: 5 mg, b.i.d
Tukak peptic dan irritable bowel syndrome
Hematropin (isopto hematropin)
Larutan 2-5%, 1-2 tetes
Midriasis dan siklopegia (paralisis otot siliaris sehingga akomodasi hilang) untuk pemeriksaan mata
Siklopentolat (cyclogyl)
Larutan 0,5-2%, 1-2 tetes
Midriasis dan siklopegia untuk pemeriksaan mata
Benztropin (cogentin)
D; PO: 0.5-6 mg/hari dalam dosis terbagi
Penyakit parkison. Untuk mengobati efek samping fenotiazin dan agen antipsikotik lainnya
Biperiden (akineton)
D: PO: 2 mg, b.i.d - q.i.d
Penyakit parkison. Untuk mengobati efek samping fenotiazin dan agen antipsikotik lainnya
Trihesifinidil (artane)
D: PO: 1 mg/hari, dapat dinaikkan sampai 5-15 mg/hari dalam dosis terbagi
Penyakit parkison. Untuk mengobati efek samping fenotiazin dan agen antipsikotik lainnya


D.   Simpatolitik atau Antiadrenergik
Obat-obat antiadrenergik umumnya mengahambat efek neurotransmitter adrenergic dengan menempati reseptor alfa dan beta baik secara langsung maupun tidak langsung. Berdasar tempat kerjanya, golongan obat ini dibagi atas antagonis adrenoreseptor (adrenoreseptor bloker) dan penghambat saraf adrenergic.
Antagonis reseptor atau adrenoreseptor blocker ialahh obat yang menduduki adrenoreseptor sehingga menghalanginya untuk berinteraksi dengan obat adrenergic, dengan demikian menghalangi kerja obat adrenergic pada sel efektornya. Untuk masing-masing adrenoreseptor α dan β memiliki penghambat yang efektif yakni α-blocker dan β-blocker.
Penghambat saraf adrenergic adalah obat yang mengurangi respon sel efektor terhadap perangsangan saraf adrenergic, tetapi tidak terhadap obat adrenergic eksogen.

1.      α - Blocker
Penggolongan dan Indikasi Obat α - Blocker
a.       α – Blocker Nonselektif:
·         Derivat haloalkilamin (dibenamin dan fenoksibenzamin) : untuk pengobatan feokromositoma, pengobatan simtomatik hipertofi prostat benigna dan untuk persiapan operasi,
·         Derivat imidazolin (fentolamin dan telazolin) : mengatasi hipertensi, pseudo-obstruksi usus dan impotensi.
·         Alkaloid ergot (ergonovin, ergotamine dan ergotoksin) : meningkatkan tekanan darah, untuk stimulasi kontraksi uterus setelah partus, mengurangi nyeri migren dan untuk pengobatan demensia senelis.
b.      α1 – Blocker Selektif:
·         Derivat kuinazolin (prazosin, terazosin, doksazosin, trimazosin danbunazosin) : untuk pengobatan hipertensi, gagal jantung kongesif, penyakit vaskuler perifer, penyakit raynaud dan hipertofi prostat benigna (BPH)
c.       α2 – Blocker Selektif : (Yohimbin) untuk pengobatan impotensi, meningkatkan TD,
Farmakodinamik
·         Menimbulkan vasodilatasi dan venodilatasi
·         Menghambat reseptor serotonin
·         Merangsang sekresi asam lambung, saliva, air mata dan keringat
·         Kontriksi pupil
Efek Samping
·         Hipotensi postural
·         Iskemia miokard dan infark miokard
·         Takikardi dan aritmia
·         Hambatan ejakulasi dan espermia yang reversible
·         Kongesti nasal
·         Pusing, sakit kepala, ngantuk, palpasi edema perifer dan nausea.
·         Tekanan darah menurun

2.      β - Blocker
Jenisnya adalah propanolol yang menjadi prototype golongan obat ini. Sehingga sampai sekarang semua β-blocker baru selalu dibandingkan dengan propanolol.
Farmakodinamik
·         Mengurangi denyut jantung dan kontraktilitas miokard
·         Menurunkan TD dan resistensi perifer
·         Sebagai antiaritmia
·         Bronkokontriksi
·         Mengurangi efek glikemia
·         Peningkatan asam lemak dalam darah
·         Menghambat tremor dan sekresi renin
Efek Samping
·         Gagal jantung dan Bradiaritmia
·         Bronkospasme
·         Gangguan sirkulasi perifer
·         Gejala putus obat (serangan angina, infark miokard, aritmia ventrikuler bahkan kematian)
·         Hipoglikemia dan hipotensi
·         Efek sentral (rasa lelah, gangguan tidur dan depresi)
·         Gangguan saluran cerna (nausea, muntah, diare atau konstipasi)
·         Gangguan fungsi libido ( penurunan libido dan impotensi)
·         Alopesia, retensi urine, miopati dan atropati
Indikasi
Pada umumnya obat-obat antiadrenergik di gunakan untuk pengobatan Angina pectoris, Aritmia, Hipertensi, Infark miokard, Kardiomiopati obstruktif hipertrofik, Feokromositoma, Tirotoksokosis, Glaucoma, tremor esensial dan Ansietas
Kontraindikasi
·         Hati-hati penggunaan β-blocker pada penderita  dengan pembesaran jantung dan gagal jantung
·         Hati-hati penggunaan pada penderita asma, syok kardiogenik, penyakit hati dan ginjal.
·         Tidak boleh digunakan pada penyakit vascular perifer dan penyakit paru obstruktif menahun (PPOM)

3.      Penghambat Saraf Adrenergik
Penghambat saraf adrenergic mengambat aktivitas saraf adrenergic berdasarkan gangguan sintesis atau penyimpanan dan penglepasan neurotransmitor di ujung saraf adrenergic.
Penggolongan dan Indikasi Obat Penghambat Saraf Adrenergik
a.       Guanetidin dan Guanadrel (ismelin dan hylorel) : sebagai antihipertensi
b.      Reserpin : sebagai antihipertensi (lebih efektif bila dikombinasikan dengan obat diuretic)
c.       Metirosin : menghambat enzim tirosin hidroksilase, sebagai adjuvant dari fenoksibenzamin pada pengobatan feokrositoma maligna.
Farmakodinamik
·         Menyebabkan respon trifasik terhadap TD
·         Menyebabkan vasodilatasi, venodilatasi dan penurunan curah jantung.
·         Retensi air dan garam
·         Meningkatkan motilitas saluran cerna
Efek Samping
·         Hipotensi ortostatik dan hipotensi postural
·         Diare
·         Hambatan ejakulasi
·         Retensi urine
·         Sedasi, ansietas dan tidak mampu berkonsentrasi
·         Depresi psikotik atau gangguan psikis lainnya
·         Hidung tersumbat
·         Odema
Kontraindikasi
·         Tidak boleh diberikan pada penderita dengan riwayat depresi.
·         Tidak boleh dikonsumsi bersamaan dengan alcohol.

Tabel Jenis Obat Antiadrenergik
Antiadrenergik
Reseptor
Dosis
Pemakaian dalam klinis
Tolazolin (proscoline)
alfa
D:IM: IV: 25mg, q.i.d. bayi baru lahir: IV: 1-2mg/kg selama 10 menit
Gangguan pembuluh darah tepi (raynaud), hipertensi
Fentolamin (regitine)
alfa
D: IM: IV: 5 mg       A: IM: IV: 1 mg
Gangguan pembuluh darah perifer, hipertensi.
Prazosin (minipress)
alfa
D: PO: 1-5 mg, t.i.d; ≤ 20 mg/hari
Hipertensi
Propanolol (inderal)
Beta1, beta2
D: PO: 10-20 mg, t.i.d atau q.i.d; dosis dapat disesuaikan
IV: 1-3 mg, dapat diulang bila perlu
Hipertensi, aritmia, angina pectoris, pasca infark miokardium
Nadolol (corgard)
Beta1, beta2
D: PO:40-80 mg/hari, ≤ 240 mg/hari
Hipertensi, angina pektoris
Timolol (blocarden)
Beta1, beta2
D: PO:10-20 mg, b.i.d ≤ 60 mg/hari
Hipertensi pasca infark miokardium
Meetoprolol (lopressor)
Beta1
D: PO: 100-450 mg, q.i.d; q rata-rata 50 mg b.i.d
Hipertensi, angina, pasca infark miokardium
Atenolol (temormin)
Beta1
D: PO:50-100 mg/hari
Hipertensi, angina
Asebutolol (spectral)
Beta1
D: PO: 200 mg, b.i.d
Hipertensi, aritmia ventrikel


E.     Obat Ganglion
Reseptornya dikenal sebagai reseptor nikotinik yang sensitive terhadap peghambatan oleh heksametonium. Atas dasar fakta yang ditemukan diduga bahwa Ach yang dilepaskan saraf preganglion berinteraksi dengan suatu neuron perantara yang di lepaskan katekolamin.
Zat yang menstimulasi kolinoreseptor di ganglion otonom dapat dibagi 2 golongan. Golongan yang pertama terdiri dari nikotin dan lobelin. Golongan kedua adalah muskarin, metakolin dan sebagian antikolinestrase. Sedangkan zat penghambat ganglion juga ada 2 golongan,yaitu golongan yang merangsang lalu menghambat seperti nikotin dan yang langsung mengambat contohnya heksametonium dan trimetafan.

1.      Obat Yang Merangsang Ganglion.
Nikotin penting bukan karena kegunaannya dalam terapi tapi tempat kerjanya di ganglion yang dapat menimbulkan ketergantungan dan bersifat toksik.
Farmakodinamik
·         Takikardi
·         Merangsang efek bifasik pada medulla adrenalin
·         Merangsang efek sentral pada SSP
·         Vasokontriksi
·         Tonus usus dan peristaltic meningkat
·         Perangsangan sekresi air dan secret bronkus
Efek Samping
·         Muntah dan Salivasi
·         Hipertensi
·         Efek sentral (Tremor dan insomnia)
·         Efek nikotinik (kelumpuhan atau lemah pada otot rangka)
Intoksikasi
Intoksikasi akut: mual, slivasi, kolik usus, muntah, diare, keringat dingin, sakit kepala, pusing, pendengaran dan penglihatan terganggu, otot-otot menjadi lemah, frekuensi napas meninggi, TD naik.
            Pengobatan: larutan kalium permanganate 1:10.000
Intoksikasi kronik: kejadian ini biasanya terjadi pada perokok berat antara lain faringitis, sindrom pernapasann perokok, ekstrasistol, takikardi atrium paroksismal, nyeri jantung, penyakit buerger, tremor dan insomnia.

2.      Obat Penghambat Ganglion
Dalam golongan ini termasuk heksametonium (C6), pentolinium (C5), tetraetiamonium (TEA), klorisondamin, mekamilamin, trimetafan.
Farmakodinamik
·         Vasodilatasi
·         Pengurangan alir balik vena
·         Temperature kulit meningkat
·         Penurunan laju filtrasi glomerulus
·         Sekresi lambung, air liur dan pancreas berkurang
·         Kelenjar keringat dihambat.
                 Efek Samping
·         Midriasis
·         Hipotensi ortostatik
·         Sembelit dengan kemungkinan ileus peeristaltik dan retensi urin
·         Mulut kering
·         Impotensi
·         Konstipasi
·         Obstipasi diseling dengan diare, mual, anoreksia dan sinkop.
                 Kontraindikasi
·         Gunakan dengan hati-hati pada pasien alergi
·         Jangan di gunakan pada penderita insufisiensi koroner dan ginjal.

Keterangan:
D: Dewasa
PO: Peroral
IV: Intra Vena
IM: Intra Muskular

1.4           Referensi
Deglin, Vallerand. 2005. Pedoman Obat Untuk Perawat. Jakarta: EGC
FKUI, Bagian Farmakologi. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Gaya Baru: Jakarta
Kee, Hayes. 1996. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC